Selasa, 11 Februari 2014

Untuk Siapa Saya Bekerja?

Siang itu kami dikejutkan oleh suara barang pecah..mungkin piring, gelas, mangkok, stoples, entahlah..yang pasti diiringi teriakan si empunya rumah, terdengar jelas itu suara teriakan amarah karena anaknya tidak mau mandi. Diiringi teriakan sang ayah yang marah terhadap istrinya. Ah, entahlah rasanya tak pantas pula kata-kata yang dia ucapkan saya tulis disini. Hanya karena masalah sepele, sang suami pergi dengan berang. Membawa motor, menyetarternya dengan kasar.



that's just the prolog..

Tapi, cerita diatas bukan khayalan atau rekaan saya belaka. Itu terjadi di lingkungan tempat saya tinggal. Ironisnya sang istri lah yang menjadi tokoh utama pemeran antagonis. Dia ibu pekerja, tulang punggung keluarga, sang suami kadang ada kerjaan, kadang terlihat dirumah. Anak mereka dua, yang bungsu sudah seharusnya sekolah sejak setahun yang lalu. Tapi karena alasan biaya, dia masih bermain-main dg anak2 yang usianya jauh lebih kecil.
Kejadian siang itu bukan yang pertama kali, tapi memang itu yang terparah sejak saya tinggal disini. Geleng-geleng kepala dan hanya bisa mengelus dada, karena mencampuri urusan rumah tangga orang bukan kebiasaan saya. Saya hanya kasihan dengan anak-anak mereka.
Hal itu terjadi karena sang istri merasa dialah yang menghidupi keluarga, merasa dia lah yang berhak mengatur semuanya, termasuk mengatur suaminya! Oke, kadang saya juga mengatur suami saya..tapi dalam hal2 tertentu, misal mengatur waktu mandinya, mengatur makanannya, mengatur dia dalam berpakaian itupun jika beliau berkenan..kalo engga ya, sepanjang itu masih baik it's ok.
Kalo si ibu yang itu lain, dia pengennya mengatur-atur sang suami tapi ga mau diatur. Mau nyuruh-nyuruh tapi ga mau disuruh. Oh lagi-lagi karena dia merasa dia lah yang menghidupi keluarga dan sudah bekerja keras demi mereka.

Ini jadi semacam pelajaran bagi saya, walo dalam keluarga kami suami-istri bekerja semua, tapi menimbulkan pertanyaan: SEBENERNYA UNTUK SIAPA SAYA BEKERJA?
Apa benar untuk keluarga?apa demi kesenangan diri?ato lebih ke membantu suami?jika memang benar-benar dia membantu suami mencari nafkah apa seperti itu patutnya berlaku terhadap suami?jika toh memang sang suami hanya dirumah apa lantas dia pantas diberlakukan sedemikian buruk oleh istrinya?Sungguh kasihan jika memang alasan sebenarnya adalah membantu ekonomi keluarga, tapi yang terjadi hanyalah mengancurkan rumah tangga. Suami tersakiti dengan kata-kata yang tidak mengenakkan hati, anak-anak pembangkang yang berani melawan orang tua (karena melihat figur ibu yang berani terhadap ayah dan melihat figur ayah yang tak dapat berbuat apa2). Uang lari entah kemana, keluarga pun jadi sedemikian rupa :(

Adalah NUSYUS (sikap tidak taat kepada suami) dimana istri membangkang, tidak patuh, dan tidak taat kepada suami. Wanita yg nusyus adalah wanita yang berani melawan suaminya, melanggar perintah suaminya, tidak taat kepadanya dan tidak ridha pada kedudukan yang telah Alloh tetapkan untuknya. Sikap dumeh (bhs.jawa) atau yang berarti mentang-mentang sangat menonjol di si istri. Jadi dia berasa berhak berkelakuan sesuka hati.
Naudzubillahimindzalik, karena sesungguhnya suamimu adalah surga dan nerakamu..
Semoga saya, kita dan semua wanita terhindar dari nusyus ini..

dan diluar hujan menderas...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar